UPAYA PT ALFA RETAILINDO, Tbk UNTUK MENGGAET TARGET PASAR

PT ALFA RETAILINDO, Tbk merupakan anak perusahaan dari group HM SAMPOERNA yang didirikan di Jakarta pada tanggal 27 Agustus 1989, bergerak di bidang usaha perdagangan eceran dan grosir. Gerai pertama ALFA didirikan di Jl Lodan, Ancol-Jakarta Utara. Toko ini dinamakan Toko Gudang Rabat Alfa.

ALFA membidik target pasar yang sama dengan RAMAYANA, yaitu konsumen golongan menengah ke bawah. Dengan target pasar seperti ini, maka ALFA menekankan image gerainya dalam hal harga. Tag line ALFA untuk menggaet target pasarnya adalah “Lebih Dari Sekedar Belanja Hemat/More Than Just Saving”.

IPO (Initial Public Offering) dari ALFA dilakukan pada tanggal 18 Januari 2000. Sampai saat ini komposisi saham ALFA 77.8 % dimiliki oleh PT Sumber Alfaria Trijaya, dan sisanya dimiliki publik. Struktur grup ALFA terdiri atas :

  1. Divisi Retail melalui anak perusahaan PT ALFA RETAILINDO Tbk, mengelola ALFA Toko Gudang Rabat dengan luas rata-rata 3.500 m2 dan PT ALFA MITRAMART UTAMA (AMU), mengelola ALFA Minimart dengan luas rata-rata 110 m2. Selain PT ALFA RETAILINDO, sebagian saham AMU juga dimiliki oleh PT LANCAR DISTRINDO. Saat ini sedang diproses rencana divestasi kepemilikan PT ALFA RETAILINDO Tbk atas 51% saham dan opsi saham AMU senilai kurang lebih 21,6 milyar rupiah.
  2. Divisi Grosir PT ALFA RETAILINDO Tbk didirikan pada tahun 1991. Divisi ini mengelola bagian penjualan grosir di Toko Gudang Rabat. Toko grosir pertama ALFA dibuka di Jl Ciledug Raya, Kebayoran Lama-Jakarta Selatan.
  3. Divisi Distribusi melalui anak perusahaan PT BETA SETIA MEGA (BSM) dibentuk pada tahun 1994. PT BSM mendistribusikan produk-produk Unilever di sebagian wilayah Jakarta. Namun demikian pada tahun 1996, divisi ini memisahkan diri dan membentuk perusahaan terpisah, PT ATRI DISTRIBUSINDO.

Sampai bulan November 2001, Format Toko Gudang Rabat telah memiliki 25 gerai yang tersebar di 15 kota di Indonesia, Divisi Minimart memiliki 55 gerai yang tersebar di Jakarta, Tanggerang dan Bandung, sedangkan Divisi Grosir memiliki 8 gerai yang tersebar di 8 kota besar di Indonesia, diantaranya Jakarta, Bekasi, Bandung, Tangerang, Semarang, Surabaya, Malang, dan Denpasar. Gerai terbaru ALFA dibuka tanggal 9 November 2001, yang berlokasi di Jl. Raya Pasar Minggu, Jakarta.

Untuk melancarkan program ekspansi usahanya, ALFA menjalin kerjasama dengan PT PERKASA INTERNUSA MANDIRI (PIM). Kerjasama berupa penyediaan lahan yang rencananya direalisasikan dengan PT PIM pada tahun 2000 adalah Toko Gudang Rabat di Bandar Lampung dan Pasar Minggu-Jakarta. Dalam perkembangannya proyek pembangunan dua gerai ini agak terhambat akibat kurang mulusnya rencana penjualan dua bidang tanah HGB milik ALFA di Kecamatan Kembangan (Jakarta Barat).

Gerai ALFA menerapkan dual konsep, yaitu menyatukan penjualan retail dan grosir dalam satu atap. Dibandingkan tahun 1999, pada tahun 2000, luas bersih ALFA naik 19.40%. Dari tahun 1999 sampai tahun 2000 terjadi peningkatan penjualan sebesar 45.4%, dari 1.4 triliun menjadi 2.1 triliun. Pertumbuhan ini memposisikannya sebagai retailer lokal dengan pertumbuhan tertinggi di tahun 2000; Saingan terdekatnya adalah RAMAYANA yang tumbuh sebesar 42.9%.

Saat ini ALFA menyediakan berbagai jenis barang kebutuhan sehari-hari (groceries, fresh, serta toiletries), perlengkapan rumah tangga, dan produk elektronik. Secara detail evolusi komposisi penjualan ALFA adalah sebagai berikut :

Kategori

1999

2000

Dry Food

57%

51%

Fresh Food

5%

9%

Hard Line 1

9%

11%

Hard Line 2

26%

26%

Soft Line

3%

3%

Menurut sumber ALFA, pada masa yang akan datang ALFA akan memberikan perhatian lebih untuk pengembangan Divisi Fresh Product. Hal ini memang perlu dilakukan jika ALFA ingin memperbaiki bottom line-nya.

Untuk menarik hati konsumen lokal di Indonesia, ALFA memberikan penekanan pada identitasnya sebagai retailer lokal, sehingga kerap mereka mencantumkan satu icon komunikasi Retailer Asli Indonesia. Selain itu Manajemen ALFA juga mulai memberikan perhatian kepada program pelayanan pelanggan. Saat ini komitmen yang diterapkan dalam pelayanan kepada pelanggan, tercantum pada 3 butir komitmen toko ALFA yang dipajang di toko-toko mereka, yaitu:

  1. Kualitas harga murah dan mutu produk tinggi, dimana ALFA akan mengganti selisih harga barang jika terbukti harga kompetitor ALFA lebih murah, dan Jaminan ALFA akan mengganti dengan kualitas yang lebih baik atau pengembalian uang jika terbukti pelanggannya mendapatkan produk yang tidak berkualitas baik di ALFA.
  2. Jaminan kepuasan pelanggan berupa kebijakan retur barang, yaitu pengembalian produk yang dibeli jika tidak sesuai dengan harapan pelanggan dengan ketentuan:
    – Tidak lebih dari 7 hari dari tanggal ppembelian.
    – Ada stok barang.
    – Barang dalam kondisi lengkap.
  3. Dapat dipercaya. Pelanggan membayar dengan harga termurah, jika terjadi selisih harga di kasir dengan harga di rak.

Pada tahun 2001 ini, ALFA mulai menerapkan Customer Relationship Management dengan membentuk ALFA FAMILY CLUB (AFC). AFC merupakan klub khusus dengan anggota para pelanggan ALFA di seluruh Indonesia. Tanda anggota berupa “KARTU AFC” dengan logo AFC, CCI (Card Connection International) dan OVIS. Fasilitas yang diperoleh para anggota AFC misalnya : Potongan harga, khusus untuk anggota AFC, yang bisa digunakan di semua Toko ALFA dan sekitar 40,000 merchant dari AFC dan CCI (meliputi hotel, restaurant dan toko). Undangan untuk acara-acara khusus, yang diadakan oleh AFC dan CCI, seperti piknik, nonton gratis atau acara di cafĂ©. Setiap anggota AFC juga mendapatkan fasilitas yang sama dengan pemegang Kartu Discount CCI dan OVIS. Untuk meningkatkan nilai tambah dari keanggotaan AFC, ALFA juga terus mengembangkan merchant khusus AFC secara nasional.

Akankah ALFA memenangkan persaingan melawan retailer lain di Indonesia? Untuk memenangkan persaingan ini, menurut pendapat saya, beberapa kondisi berikut perlu dipertimbangkan oleh manajemen ALFA :

  • Memperbaiki level Quality, Assortment, Service and Value (QASV) di masing-masing level toko. Paling tidak ALFA perlu membenchmark level QASV mereka dengan rantai supermarket terbesar di negeri ini, HERO. Upaya mereka dengan mencontek kebijakan klaim harga dari Carrefour, “Jika ada yang lebih murah kami ganti selisihnya” merupakan satu upaya yang perlu dilakukan dengan hati-hati, dan harus dikomunikasikan dengan cara yang berbeda agar tidak di cap sebagai follower (pengekor). Dengan semakin bertambahnya retailer asing, tentunya program perbaikan QASV merupakan hal yang tidak dapat di tawar-tawar.
  • Meningkatkan bottom line dari rantai toko. Dari data yang di peroleh SMfr@nchise, persentase laba bersih ALFA per Maret tahun 2000 sebesar 1,3%, turun menjadi 0.5% per Maret tahun 2001. Bandingkan dengan tingkat laba bersih HERO per Juni 2001 sekitar 1,9%, atau MATAHARI sekitar 5,4%. Tingkat keuntungan yang rendah ini mengakibatkan kondisi keuangan dari ALFA sangat tidak menggembirakan, dan dapat mempengaruhi kemampuan ALFA memenuhi kewajiban pembayaran hutang jangka pendek dan panjangnya. Sebagai contoh rasio hutang per laba bersih dari ALFA per Maret 2001 sekitar 112, bandingkan dengan HERO sekitar 25, atau MATAHARI yang hanya sekitar 10. Dengan maraknya berbagai merger dan akuisisi di industri retail di dunia saat ini, bukan hal yang mustahil jika situasai seperti ini memposisikan ALFA sebagai target akuisisi atau merger yang menarik bagi retailer asing.
  • Meningkatkan image dan lay out toko. ALFA perlu merenovasi exterior tokonya dengan mendisain satu HOOK, sehingga mampu memberikan image baru yang mengundang. Saat ini exterior dan logo dari ALFA terlalu plain, polos dan biasa, sehingga kurang mengundang. Interior dan lay out toko juga perlu diperbaiki, sehingga mampu meningkatkan kenyamanan dan pengalaman berbelanja yang lebih baik.
  • Mengoptimasikan trading area. ALFA menentukan target pasarnya kepada segmen konsumen menengah ke bawah. Segmen konsumen ini merupakan kelompok yang mobilitasnya lebih terbatas dibandingkan segmen di atasnya. Dengan catchment area per toko yang lebih terbatas ini, maka ALFA perlu lebih memprioritaskan strategi pemasarannya pada konsep mikro-marketing.
  • Mengoptimasikan pengelolaan category product dan pendapatan merchandise (merchandise revenue). Untuk meningkatkan penjualan dan tingkat keuntungan, ALFA perlu melaksanakan program optimasi per category dan mereview kelayakan perolehan pendapatan merchandise (merchandising revenue).


Sumber :
– Situs ALFA RETAILINDO Tbk
– Majalah Prospektif, No. 45, Vol. 3, 177-23 September 2001

This entry was posted in mini case. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *